Pukul delapan pagi, hari kesebelas di Bulan September 2013, aplikasi cuaca di smartphone menyatakan Banda Aceh akan diguyur hujan selama satu hari penuh dengan kemungkinan badai. Hari ini adalah hari kedua tim penilai dari KPKNL Banda Aceh menilai aset Pemerintah Kabupaten Aceh Besar di wilayah Kecamatan Pulo Aceh yang terdiri dari Pulau Nasi dan Pulau Beras, serta pulau pulau kecil lainnya. Nampak wajah yang sedikit cemas, namun gelak tawa Junjungan tidak juga berhenti, seperti biasanya ketika pegawai yang lain bercanda menakut-nakuti akan bahaya terjangan badai di laut nanti.
Tim penilai dari KPKNL Banda Aceh diberangkatkan menumpang boat nelayan menuju Pulo Aceh dalam rangka inventarisasi dan penilaian aset Pemerintah Kabupaten Aceh Besar sesuai Memorandum of Understanding Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dengan Kantor Wilayah DJKN Aceh nomor 12/PK/2013 dan Nomor 011/WKN.01/2013 tanggal 08 Juni 2013. Untuk penugasan kali ini, Tim Penilai terdiri dari Abu Hanifah, Junjungan H Bako, dan Didit Marwanto didampingi pegawai dari Pemerintah Kabupaten Aceh Besar.
Aset Pemerintah Kabupaten Aceh Besar di Kecamatan Pulau Aceh tersebar di beberapa pulau, sehingga tidak efektif jika menginap di Pulau Aceh. Waktu tempuh yang tidak terlalu lama, sekitar satu sampai 2 jam, menjadi salah satu alasan tim untuk lebih baik melakukan perjalanan pulang pergi setiap hari selama penugasan.
Selain itu, listrik juga hanya tersedia mulai pukul enam petang sampai tengah malam. Pengoperasian generator diesel membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terlebih pasokan bahan bakar bisa jadi tersendat jika cuaca buruk. Jadi, kalau tidak hobi mancing atau memiliki keahlian berburu dan meramu pasti akan sangat kebosanan di sana. Jangankan untuk mengerjakan laporan penilaian, sekedar update status Twitter adalah hal yang mustahil karena sinyal GPRS yang hanya sesekali muncul.
Perjalanan seperti inilah yang selalu mengingatkan akan luasnya Indonesia, dan betapa beruntungnya kita yang menikmati berbagai kemudahan dan berbagai fasilitas. Malu, ketika mengingat mudahnya lisan mengumpat ketika pemadaman listrik dilakukan saat berlangsungnya Big Match liga di Benua Eropa, tanpa menyadari banyak saudara kita di ujung negeri tidak pernah menikmati terangnya pelita di waktu malam, tanpa mau tahu ada putra-putra bangsa di pulau-pulau terluar yang tidak bisa belajar di malam hari karena dikungkung gulita.
Laporan keuangan pemerintah daerah dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian mungkin adalah langkah kecil dari usaha menuju pemerataan kemakmuran. Kesungguhan para kepala daerah dalam mencapai opini BPK paling tinggi tersebut menjadi salah satu motivasi utama DJKN menjadi partner pemerintah daerah dalam usaha penertiban aset, dengan harapan, paling tidak dengan tertib-meratanya tata kelola aset dan keuangan daerah, anak-anak di kepulauan-kepulauan terluar seperti Pulau Aceh dan Pulau Beras selangkah lebih dekat untuk bisa belajar dengan penerangan yang memadai di waktu malam.